Sabtu, 19 Maret 2011

Long Journey



Pada suatu hari, saat semua orang melakukan perjalan jauh menuju sebuah tempat yang di janjikan sebagai tempat tinggal yang sempurna. Semua orang tampak lelah melewati jalan yang berkelok dan penuh rintangan. Baik orang tua maupun muda merasakan betapa sulitnya mereka mencapai tempat tersebut. Seorang anak kecil menangis ketika mengetahui kakinya lecet akibat perjalanan jauh itu. Tiba-tiba seorang pemuda menghampiri anak kecil itu. Ia meletakkan tangannya di atas kepala anak itu dan membelainya dengan lembut kemudian berlutut menyetarakan posisinya agar sejajar dengan anak itu.

Pemuda itu mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas ranselnya. "Ini ambilah yang kau suka dan jangan menangis lagi." kata pemuda itu sembari menyodorkan bungkusan berisi cokelat dan permen. Setelah menghapus air matanya tanpa ragu anak kecil itu mengambil cokelat dan beberapa permen, dengan nada polosnya anak kecil itu berkata, "Terimakasih". Pemuda itu menyambutnya dengan senyuman kemudian ia berdiri dan melanjutkan perjalanan. Sambil menikmati cokelatnya, anak kecil itu menatap si pemuda yang sudah melangkah jauh darinya.

Di tengah malam ada dua orang kakak beradik yatim piatu yang menggigil karena udara malam itu sangat dingin. Sang adik berkata kepada kakaknya, "Kak, andaikan saja kita memilki tenda untuk berteduh dari dinginnya malam ini." Sang kakak mengalihkan pandangannya ke sebuah keluarga yang sedang berkumpul di sebuah tenda, dapat dibayangkan betapa hangatnya mereka bila berada di dalamnya. Seorang pemuda yang duduk tak jauh dari kakak beradik tersebut tak sengaja mendengarkan pembicaraan itu. "Hai saudara ku.., mengapa kalian tak duduk bersama ku disini." teriak pemuda itu kepada mereka. Kakak beradik itu hanya terdiam saling melempar pandang keheranan.

Tak lama berselang pemuda tadi berteriak lagi, "Apa yang kalian tunggu? Perapian ini akan menemani kita!" Si kakak berdiri dari tempatnya duduk, dengan sedikit keraguan ia mengajak adiknya menuju tempat pemuda itu. Mereka duduk bersama mengitari perapian. pemuda memberikan selimut tebal kepada kakak beradik itu. "Kita akan lebih hangat dengan ini." kata si kakak sambil menutupkan selimut ke tubuh adiknya. Pemuda itu tersenyum. Tak lama kemudian kakak beradik itu pun tertidur. Di pagi hari si pemuda sudah melanjutkan perjalannya. Selama perjalanan ia bersenandung riang. Orang lain yang melihatnya heran karena pemuda itu rasanya tak lelah sedikit pun menempuh perjalanan jauh ini. Langkah pemuda itu terlihat begitu ringan. 

Di tengah perjalanan, pemuda itu bertemu seorang kakek tua yang  tak dapat melanjutkan perjalanan. Kakek itu meminta bantuan si pemuda untuk mau membantunya, karena kakek itu tak mau tertinggal. Tanpa terbeban pemuda itu memapah si kakek. Di jalan yang terjal tanpa mengeluh si pemuda menggendong si kakek. Memang tak mudah namun akhirnya pemuda itu sampai juga di puncak. Tempat yang di nantikan banyak orang. Dari bawah orang-orang dapat melihatnya melambaikan tangan dan tersenyum gembira. Yang pernah mengenalnya di perjalanan pun ikut gembira. Dan dengan semangat mereka bertekat menyusul pemuda itu melanjutkan perjalanan menuju puncak.




Tak ayal hidup adalah sebuah perjalan yang harus di selesaikan. Banyak pilihan untuk menyelesaikannya. Berilah kesan untuk dapat diingat prosesnya. Baik atau buruk adalah pilihannya. Ingatlah waktu yang telah di sediakanNya.

Tulisan ini untuknya. Pemuda yang dalam benakku memiliki kesan baik hati, sabar dan ramah pada semua yang menemani perjalanan hidupnya. Berbahagialah karena telah di puncak bersamaNya. Semangatmu menyemangati kami menyelesaikan proses. Suatu saat nanti kita akan bertemu kembali.


"Jiwa Yang Tak Boleh Mati"